Senin, 28 September 2009

Admin akan menceritakan pengalaman pertamanya

Pertama mengenal seks pada waktu kelas 5 SD, Pertama kali ML, pada waktu kelas 3 SMP.

Berawal dari datangnya masa puber, saya membaca buku-buku porno, gambar-gambar porno, dan semua itu saya pinjem dari temen-temen sekolahku. Saya pun suka sekali menggambar cewek telanjang, sampai-sampai nggak nyangka hasil karyaku sudah lebih dari 30 gambar. Dan semua gambar itu saya simpan di tempat yang aman, nggak akan ada yang tau keberadaannya.

Hampir tiap hari minggu saya melakukan onani, karena terinspirasi dengan gambar-gambar yang sudah saya buat. Suatu ketika, saat saya sedang asyik melihat gambar-gambar dan melakukan onani, tiba-tiba dikejutkan dengan suara pintu kamar terbuka, dan suara orang memanggilku yang tak asing lagi, saya pun jadi kalang kabut dibuatnya.
"Kak, tolong anterin aku dong..."
Ternyata dia adalah sepupuku. Piah namanya. Belum sempet saya menutup Mr.P, dia berteriak lagi.
"Hayoo...kakak lagi ngapain...??? Tante...kakak lagi..."
Serentak, saya pun menyumbat mulut dia dengan tanganku.
"Pi...jangan teriak dunk, nanti ketauan mamah bisa marah. aku janji deh, kamu mau minta apa aja akan aku kasih."
Tanpa berpikir, saya akan kasih apa pun maunya dia, agar dia bisa tutup mulut.
"Tapi kamu jangan bilang siapa-siapa ya Pi..."
Dia pun mengangguk tanda setuju. Kemudian, saya melepaskan tanganku. Tapi tanganku belum sempet jauh dari mulut dia, dia kembali berteriak.
"Tante...kakak la....emm...emm..."
Tanganku pun langsung ke mulut dia.
"Pi...ternyata kamu tu jahat ya, aku udah berusaha selalu menuruti apa yang kamu mau, mengantar kamu ke sekolah, kesana-kemari, tapi...kamu nggak mau nolongin aku sekali aja. Kamu egois Pi."
Saya berkata dengan mimik sedih. Akhirnya dia mengangguk-anggukan kepalanya. Mungkin dia terpengaruh dengan apa yang tadi saya katakan. Untuk kedua kalinya saya melepaskan tanganku dengan perlahan-lahan, takut kalau dia teriak lagi. Ternyata kali ini dia nggak teriak lagi, kemudian dia bilang.
"Tapi ada syaratnya kak..."
Saya pun jawab.
"Apapun syaratnya akan aku usahain, asal yang masuk diakal."
Dia bilang.
"Syaratnya...aku mau liat yang tadi kakak lakuin."
"Hahh....nggak Pi...jangan yang itu, aku nggak sanggup Pi...malu kalo harus dihadapan kamu."
Saya meminta syarat yang lain. Tapi dia tetep pada pendiriannya.
"Oh...ya udah. Tan...."
Dia kembali teriak.
"Pi...Pi...Pi...ii...ii...iya...iya...Pi. aku setuju...aku setuju."
Dengan tangan yang kembali menutup mulutnya.
"Nah...gitu dunk."
Dia pun sumringah mendengar saya menyetujui permintaanya.
"Tapi aku juga punya syarat Pi..."
Kataku. Kata dia.
"Apa?"
"Kamu harus janji jangan ketawain, jangan ngeledek, apa lagi sampe teriak."
"Iya...kakak..."
Dengan manja dia menyetujui. Akhirnya saya pergi untuk menutup pintu dan menguncinya.

Saya pun duduk ditepi ranjang memulai mengocok Mr.P, sedang dia duduk manis dikursi, tepat didepanku sambil menatap ke arah Mr.P ku. Namun sayang, setelah kejadian tadi, Mr.P ku nggak mau bangun lagi, mungkin karena shock, atau karena diliatin Piah sepupuku.
"Pi...nggak bisa, punyaku dah males bangun. Lain kali aja ya."
"Nggak...Nggak...Nggak...pokoknya sekarang."
Dia ngotot pengennya sekarang.
"mungkin kalo kamu yang ngocok punyaku mau bangun kali Pi..."
Saya berharap dia mau ngelakuinnya.
"Iya tah...??"
"Coba aja Pi..."
Saya masih mengharapkan kesediaanya.
"Ya udah aku bantu deh."
Begitu senangnya ketika dia mau mengocok Mr.P ku. Tapi tetep aja punyaku masih males-malesan.
"Mungkin karena aku tadi kaget Pi...mungkin juga karena ada kamu, jadi punyaku malu-malu meong. nanti aja ya"
Saya meyakinkan dia.
"Nggak...se...ka...rang...titik."
Dia tetep ngotot. Akhirnya saya dapat ide untuk balik mengerjai dia.
"Pi...aku punya ide, kamu kan pengen liatnya sekarang."
"Ya."
"Kalo gitu, biar bisa bangun, aku harus terangsang Pi..."
"Caranya?"
Dia penasaran.
"Biar aku terangsang, kamu harus telangjang."
"Hahh...nggak mau ach..."
Dia tersentak kaget.
"Ya udah lain kali aja ya Pi."
"Iya...iya...aku buka deh."
Akhirnya dia melucuti semua pakaiannya, hanya menyisakan BH dan CD nya.
Saya pun usil lagi.
"Yah...itu mah sama aja aku nggak terangsang Pi"
Dia pun kembali membuka BH dan CD nya.
"Waoww..."
Saya terperanjat ketika dia membuka BH dilanjutkan membuka CD nya. Walaupun dia masih duduk dikelas 2 SMP, tapi payudaranya sudah agak menonjol.
"Iiihhh...Pi...punya kamu belum ada bulunya."
Saya mengomentari vaginanya.
"Yee...kakak juga bulunya masih dikit"
Dia balik komentar.

Dengan demikian, Mr.P ku mulai bangun ketika tau ada lawan jenisnya keliatan, dan Piah melanjutkan mengocok Mr.P ku.
"Ah...ah...emm...emm...aoww..."
Saya mendesah,
"Kakak kenapa sih?"
"Geli tau."
"Gimana sih kak, rasanya?"
"Kamu pengen ngerasain Pi...?"
"He...eh."
Dia mengangguk.
"Ya udah, kamu kesini, berbaring dikasur."
Diapun menurut, saya memulai dengan mereganggangkan kakinya, kemudian mengelus-elus vagina dia.
"Ah...ah...emm...emm..."
Diapun mendesah.
"Pengen lebih enak lagi nggak Pi...??"
"Uh...ah...ii...ii...iya kak...ah..."
"Gini caranya Pi."
Saya pun merubah posisi yang tadinya berada disamping Piah, sekarang tepat berada diantara selangkangan Piah.
"Kalo sakit bilang ya."
Dengan sangat hati-hati, pelan-pelan Mr.P ku masukan ke lobang vagina Piah.
"Aoww...sakit kak..."
Hampir 30 menit saya memasukan Mr.P tapi nggak bisa tembus. Saya nggak tega meliat dia terus-terusan merintih kesakitan. Hampir tiap hari kami melakukan hubungan seks ini, 3 hari kemudian jebol sudah keperawanan Piah.
Sekarang Piah sudah menikah akibat perjodohan.

1 komentar: