Rabu, 30 September 2009

Rumah kost kamar 16

Namaku Donny, tinggal dipelosok desa, dan ngekost ke kota guna melanjutkan sekolah ke SMA

TO BE CONTINUE

Selasa, 29 September 2009

PSK, Trimakasih Telah Mengajariku

Dari sumber yang telah bersedia menceritakan pengalaman pertamanya.

Abin 18 th (nama yang sudah disamarkan) tinggal disebuah perkampungan nelayan, tapi bukan berarti dia ikut melaut jadi nelayan. Dia bekerja ditempat penyewaan soundsystem, tiap dapat order, upahnya tak begitu besar, tapi cukup untuk makan 2 hari. Dia mempunyai kebiasaan buruk, yaitu setiap sehabis manggung, upahnya selalu digunakan untuk foya-foya (mabuk-mabukan dan jajan di warung remang-remang). Inilah awal dari suka jajannya dia diwarung remang-remang.

Malam itu, setelah beres menata peralatan soundsystem digudang, dia pergi ke rumah temennya yang tak begitu jauh dari tempat dia bekerja. Jay (nama yang sudah disamarkan juga) seorang nelayan yang sudah beristri tapi belum memiliki seorang anak, dan kebetulan hari itu sedang berada dirumah karena baru pulang melaut.

Abin : Jay, kita minum yuk...kamu kan baru pulang, pasti punya duit, aku juga baru pulang dari order nih.
Jay : Ok. bentar, aku bilang istri tercintaku dulu.

Kemudian mereka pergi ke warung guna membeli minuman alkohol. Setelah minuman hampir habis, kira-kira jam 12 dini hari, mereka pun berniat menambah minuman karena menurut mereka masih belum puas. Tapi karena sudah larut malam, sudah di pastikan warung-warungpun pada tutup, cuma warung remang-remanglah yang masih buka. Lalu dengan motor honda milik Abin, meluncurlah dia ke sebuah warung remang-remang yang berjarak sekitar 3 km dari tempat mereka minum. 15 menit kemudian mereka sampai ke warung tersebut, kepada pemilik warung, mereka memesan 2 botol bir dan mereka memilih tempat meja yang paling pojok. 2 wanita PSK yang tak begitu cantik dan tak terlihat jelek tapi montok, yang satu STW, dan satunya lagi masih agak muda, sekitar umur 22 th. Namun karena Jay mempunyai banyak duit, diapun mendapat PSK yang masih muda. Akhirnya negosiasi transaksipun terjadi, tak begitu lama Jay dan PSK muda pergi menuju kamar maksiat, merekapun melaksanakan tugasnya masing-masing.

Tinggalah Abin dan PSK STW berdua di meja pojok warung itu. Dari perkenalannya diketahui kalau PSK tersebut bernama Dewi.

Dewi : Mas, emang punya duit berapa?
Abin : 20 ribu.
Dewi : Tambahin 30 mas biar genep.
Abin : Aku nggak punya lagi. tuch...

Dengan polosnya dia jawab sambil menunjukan isi dompetnya yang cuma ada satu lembar 20 ribuan.

Dewi : Ya udah, yuk...
Abin : Nggak ach, duit ini buat makan besok, lagian aku belum pernah gituan.

Dewi yang tadi berdiri dan menarik tangan Abin, mengurungkan niatnya untuk mengajak Abin pergi ke kamar. Dan diapun kembali duduk dengan badan condong kedepan maka terpampanglah belahan payudaranya yang seakan hendak keluar. Membuat Abin menelan ludah.

Dewi : Yang bener mas belum pernah tuch?
Abin : Ii...ii...iya...

Dengan tersipu malu dia menjawab.

Dewi : Ya udah, nanti saya ajarin, biar mas jadi lelaki sejati.
Abin : Nggak ach... duit 20 ribu buat makan besok.

Lalu Dewi pun pergi meninggalkan Abin sendiri. Membuat Dia kecewa karena melepas kesempatan untuk merasakan apa yang sedang Jay lakukan dikamar. Dewi pergi entah karena merasa gagal mengajak Abin, atau karena ada 2 pengunjung yang baru dateng. Abin pun melanjutkan aktivitas minumnya.

Beberapa menit kemudian, Dewi kembali dan duduk disisi serta menghadap Abin, kali ini dia duduk dengan mengangkat kaki kirinya dan disandarkan ditepi kursi yang diduduki Abin. Serentak, mata Abin langsung tertuju pada selangkangan Dewi. Ternyata Dewi pergi untuk melepaskan CD-nya, mungkin ini trik dia agar Abin jadi terangsang. Abin masih melototi vagina Dewi yang ditumbuhi bulu yang amat lebat. Tiba-tiba dia dikejutkan oleh tangan Dewi yang memegang Mr.P Abin, lalu Dewi lansung mencium bibir Abin, sambil tangan kanannya mengelus-elus Mr.P Abin. Abin pun menyambut ciumannya dan tangannya langsung meremas-remas buah dada Dewi.

Dewi : Mas, kita lanjutin dikamar aja yuk...
Abin : Tapi duit ini buat makan besok.
Dewi : Ya udah, nggak apa-apa, karena mas baru pertama kali, jadi hari ini gratis, biar aku yang bayar kamar.

Merekapun langsung menuju kamar. Begitu sampai, Dewi langsung melepas baju yang dikenakan Abin, dan Abin juga melepas semua baju Dewi. Setelah sama-sama bugil, Abin tidak bisa berbuat apa-apa karena saking polosnya.

Dewi : Jadi gini mas,

Dewi langsung mengocok Mr.P Abin yang sudah tegang.

Abin : Emm...emm...ahh...ahh... ahh...
Dewi : Gimana mas, enak kan?
Abio : Uhi...uh...ahh... aaaahhhhhh.......

crotts...crotts...

Baru 2 menit Abin memekik panjang dan begitu kerasnya, mungkin karena dia baru pertama kali merasakan bersebadan dengan wanita.

Dewi : Itu baru lelaki, tapi kalo pengen jadi lelaki sejati, harus dibuktikan dengan wanita yang bisa mas hamili.
Abin : Ternyata, nikmat ya, pantes aja banyak orang yang selalu datang kesini.

Dewi pun kembali mengocok Mr.P Abin, tak lama kemudian langsung tegang lagi.

Dewi : Mas, sekarang tinggal pembuktian menjadi lelaki sejati.
Abin : Caranya gimana mbak?
Dewi : Pertama, harus merangsang wanita, dengan cara membelai, mencium, meraba buah dada, sampai memainkan vagina.

Karena Abin cerdas, semua pengarahan dari Dewi dapat dilakukannya dengan lembut dan penuh perasaan.

Dewi : Ah.ah.ah.ah.ah.ah eh.eh.eh...cepet mas dimasukin, aku udah nggak tahan..

Karena Dewi seorang PSK, maka desahannya membuat Abin semakin bergairah, tanpa kesulitan penisnyapun masuk ke vagina Dewi. Ah.ah.ah.eh.eh... aaahhhh... crotts..crotts..

Sejak kejadian itu, hampir tiap hari Abin menemui Dewi.

Senin, 28 September 2009

Admin akan menceritakan pengalaman pertamanya

Pertama mengenal seks pada waktu kelas 5 SD, Pertama kali ML, pada waktu kelas 3 SMP.

Berawal dari datangnya masa puber, saya membaca buku-buku porno, gambar-gambar porno, dan semua itu saya pinjem dari temen-temen sekolahku. Saya pun suka sekali menggambar cewek telanjang, sampai-sampai nggak nyangka hasil karyaku sudah lebih dari 30 gambar. Dan semua gambar itu saya simpan di tempat yang aman, nggak akan ada yang tau keberadaannya.

Hampir tiap hari minggu saya melakukan onani, karena terinspirasi dengan gambar-gambar yang sudah saya buat. Suatu ketika, saat saya sedang asyik melihat gambar-gambar dan melakukan onani, tiba-tiba dikejutkan dengan suara pintu kamar terbuka, dan suara orang memanggilku yang tak asing lagi, saya pun jadi kalang kabut dibuatnya.
"Kak, tolong anterin aku dong..."
Ternyata dia adalah sepupuku. Piah namanya. Belum sempet saya menutup Mr.P, dia berteriak lagi.
"Hayoo...kakak lagi ngapain...??? Tante...kakak lagi..."
Serentak, saya pun menyumbat mulut dia dengan tanganku.
"Pi...jangan teriak dunk, nanti ketauan mamah bisa marah. aku janji deh, kamu mau minta apa aja akan aku kasih."
Tanpa berpikir, saya akan kasih apa pun maunya dia, agar dia bisa tutup mulut.
"Tapi kamu jangan bilang siapa-siapa ya Pi..."
Dia pun mengangguk tanda setuju. Kemudian, saya melepaskan tanganku. Tapi tanganku belum sempet jauh dari mulut dia, dia kembali berteriak.
"Tante...kakak la....emm...emm..."
Tanganku pun langsung ke mulut dia.
"Pi...ternyata kamu tu jahat ya, aku udah berusaha selalu menuruti apa yang kamu mau, mengantar kamu ke sekolah, kesana-kemari, tapi...kamu nggak mau nolongin aku sekali aja. Kamu egois Pi."
Saya berkata dengan mimik sedih. Akhirnya dia mengangguk-anggukan kepalanya. Mungkin dia terpengaruh dengan apa yang tadi saya katakan. Untuk kedua kalinya saya melepaskan tanganku dengan perlahan-lahan, takut kalau dia teriak lagi. Ternyata kali ini dia nggak teriak lagi, kemudian dia bilang.
"Tapi ada syaratnya kak..."
Saya pun jawab.
"Apapun syaratnya akan aku usahain, asal yang masuk diakal."
Dia bilang.
"Syaratnya...aku mau liat yang tadi kakak lakuin."
"Hahh....nggak Pi...jangan yang itu, aku nggak sanggup Pi...malu kalo harus dihadapan kamu."
Saya meminta syarat yang lain. Tapi dia tetep pada pendiriannya.
"Oh...ya udah. Tan...."
Dia kembali teriak.
"Pi...Pi...Pi...ii...ii...iya...iya...Pi. aku setuju...aku setuju."
Dengan tangan yang kembali menutup mulutnya.
"Nah...gitu dunk."
Dia pun sumringah mendengar saya menyetujui permintaanya.
"Tapi aku juga punya syarat Pi..."
Kataku. Kata dia.
"Apa?"
"Kamu harus janji jangan ketawain, jangan ngeledek, apa lagi sampe teriak."
"Iya...kakak..."
Dengan manja dia menyetujui. Akhirnya saya pergi untuk menutup pintu dan menguncinya.

Saya pun duduk ditepi ranjang memulai mengocok Mr.P, sedang dia duduk manis dikursi, tepat didepanku sambil menatap ke arah Mr.P ku. Namun sayang, setelah kejadian tadi, Mr.P ku nggak mau bangun lagi, mungkin karena shock, atau karena diliatin Piah sepupuku.
"Pi...nggak bisa, punyaku dah males bangun. Lain kali aja ya."
"Nggak...Nggak...Nggak...pokoknya sekarang."
Dia ngotot pengennya sekarang.
"mungkin kalo kamu yang ngocok punyaku mau bangun kali Pi..."
Saya berharap dia mau ngelakuinnya.
"Iya tah...??"
"Coba aja Pi..."
Saya masih mengharapkan kesediaanya.
"Ya udah aku bantu deh."
Begitu senangnya ketika dia mau mengocok Mr.P ku. Tapi tetep aja punyaku masih males-malesan.
"Mungkin karena aku tadi kaget Pi...mungkin juga karena ada kamu, jadi punyaku malu-malu meong. nanti aja ya"
Saya meyakinkan dia.
"Nggak...se...ka...rang...titik."
Dia tetep ngotot. Akhirnya saya dapat ide untuk balik mengerjai dia.
"Pi...aku punya ide, kamu kan pengen liatnya sekarang."
"Ya."
"Kalo gitu, biar bisa bangun, aku harus terangsang Pi..."
"Caranya?"
Dia penasaran.
"Biar aku terangsang, kamu harus telangjang."
"Hahh...nggak mau ach..."
Dia tersentak kaget.
"Ya udah lain kali aja ya Pi."
"Iya...iya...aku buka deh."
Akhirnya dia melucuti semua pakaiannya, hanya menyisakan BH dan CD nya.
Saya pun usil lagi.
"Yah...itu mah sama aja aku nggak terangsang Pi"
Dia pun kembali membuka BH dan CD nya.
"Waoww..."
Saya terperanjat ketika dia membuka BH dilanjutkan membuka CD nya. Walaupun dia masih duduk dikelas 2 SMP, tapi payudaranya sudah agak menonjol.
"Iiihhh...Pi...punya kamu belum ada bulunya."
Saya mengomentari vaginanya.
"Yee...kakak juga bulunya masih dikit"
Dia balik komentar.

Dengan demikian, Mr.P ku mulai bangun ketika tau ada lawan jenisnya keliatan, dan Piah melanjutkan mengocok Mr.P ku.
"Ah...ah...emm...emm...aoww..."
Saya mendesah,
"Kakak kenapa sih?"
"Geli tau."
"Gimana sih kak, rasanya?"
"Kamu pengen ngerasain Pi...?"
"He...eh."
Dia mengangguk.
"Ya udah, kamu kesini, berbaring dikasur."
Diapun menurut, saya memulai dengan mereganggangkan kakinya, kemudian mengelus-elus vagina dia.
"Ah...ah...emm...emm..."
Diapun mendesah.
"Pengen lebih enak lagi nggak Pi...??"
"Uh...ah...ii...ii...iya kak...ah..."
"Gini caranya Pi."
Saya pun merubah posisi yang tadinya berada disamping Piah, sekarang tepat berada diantara selangkangan Piah.
"Kalo sakit bilang ya."
Dengan sangat hati-hati, pelan-pelan Mr.P ku masukan ke lobang vagina Piah.
"Aoww...sakit kak..."
Hampir 30 menit saya memasukan Mr.P tapi nggak bisa tembus. Saya nggak tega meliat dia terus-terusan merintih kesakitan. Hampir tiap hari kami melakukan hubungan seks ini, 3 hari kemudian jebol sudah keperawanan Piah.
Sekarang Piah sudah menikah akibat perjodohan.